Setiap orang berinvestasi dengan beragam tujuan dan memanfaatkan beragam instrumen
Namun terkadang pemilihan instrumennya kurang tepat, yang akhirnya bisa menyebabkan tujuan investasi tidak tercapai.
Hal ini terjadi karena beberapa instrumen investasi punya rentang waktu investasi idealnya tersendiri.
Memang acuan rentang waktu investasi ini, tidak ada acuan bakunya.
Terkadang berbeda investor, bisa menetapkan standar rentang waktu yang berbeda, dan pilihan instrumen yang berbeda juga.
Tapi 3 acuan berikut mungkin bisa memberikan gambaran untuk Anda mengenai ragam rentang waktu investasi beserta contoh-contoh instrumennya.
Investasi Jangka Pendek
Investasi jangka pendek umumnya bisa berkisar kurang dari atau sama dengan 1 tahun.
Investasi jangka pendek identik dengan instrumen-instrumen investasi yang cenderung low risk.
Biasanya investasi jangka pendek ini bisa digunakan untuk:
- Mengelola atau menyimpan dana darurat.
- Mengelola uang untuk segala keperluan jangka pendek lainnya yang harus dipenuhi dalam waktu kurang dari 12 bulan.
- Sebagai media latihan dasar bagi para investor pemula untuk membentuk kebiasaan baik menyisihkan uang secara rutin.
- Sebagai media latihan dasar bagi para investor pemula untuk membentuk mental dan rasa percaya diri memulai investasi dari instrumen yang low risk, sebelum akhirnya menguasai ilmu untuk investasi tahap lanjutan.
Contoh instrumen investasi:
- Deposito
- Reksa Dana Pasar Uang
- P2P Lending
Investasi Jangka Menengah
Investasi jangka menengah umumnya bisa berkisar 1-3 tahun.
Investasi jangka menengah identik dengan instrumen-instrumen investasi yang cenderung medium risk.
Adapun contoh investasi jangka menengah biasanya untuk:
- Mengumpulkan dana kebutuhan pernikahan atau kelahiran anak.
- Membeli kendaraan pribadi.
- Kebutuhan lainnya yang punya interval atau periode 3 tahunan (biaya pendidikan anak menuju SMP atau SMA).
Contoh instrumen investasi:
- Obligasi
- Reksa Dana Pendapatan Tetap
Investasi Jangka Panjang
Investasi jangka panjang umumnya bisa berkisar 3-5 tahun. Beberapa orang ada yang mendefinisikannya 5-10 tahun atau minimal 10 tahun.
Adapun beberapa contoh tujuan investasi jangka panjang bisa berupa:
- Pengelolaan dana “dingin” untuk kebutuhan memperbesar aset.
- Persiapan kebutuhan dana pensiun.
- Persiapan kebutuhan yang sifatnya luxury (traveling luar negeri, rumah mewah, dan segala bentuk kemewahan lainnya).
Contoh instrumen investasi:
- Saham
- Reksa Dana Campuran
- Reksa Dana Saham
- Properti
- Bisnis franchise
Investor perlu memperhatikan kapan kebutuhannya ingin dicapai.
Semisal, meski tujuannya mengumpulkan uang untuk menikah, tapi menikahnya masih 10 tahun lagi, maka bisa pertimbangkan untuk investasi di instrumen investasi jangka panjang.
Demikian juga halnya, semisal mengumpulkan dana untuk pendidikan anak menuju SMA, tapi akan digunakan tahun depan (rentang waktu kurang dari atau sama dengan 1 tahun), maka bisa pertimbangkan jangan pilih instrumen-instrumen investasi jangka menengah (apalagi jangka panjang) yang akan berpotensi rawan meleset dan hasil investasinya kurang ideal ketika akan dicairkan.
Bisa disimpulkan, jika kebutuhan uangnya baru akan digunakan dalam jangka waktu panjang,
maka investor sedikit diuntungkan karena bisa menyisihkan uang dalam nominal yang lebih kecil untuk diolah di instrumen investasi jangka panjang yang berpotensi memberi imbal hasil besar, walau relatif berisiko.
Karena dalam jangka panjang, risiko kerugian bisa diredam oleh waktu dan masih tersedia cukup banyak waktu bagi uang kecil tersebut untuk berkembang.
Sedangkan jika kebutuhan uangnya relatif mendadak atau mendesak, terlebih lagi jumlah yang dibutuhkan besar, maka investor dituntut untuk menyisihkan uang dalam nominal yang lebih besar untuk mengejar target kebutuhannya tersebut.
Investor tidak bisa menerima paparan risiko terlalu tinggi, serta tidak punya cukup waktu bagi uangnya untuk berkembang atau meredam risiko.
Supaya investasi Anda jadi lebih efisien dan efektif, pastikan juga Anda piawai mengelola instrumen investasi yang Anda gunakan