PT Bank Jago Tbk. (ARTO) berhasil meraih laba bersih setelah pajak sebesar Rp86 miliar pada 2021 setelah rugi yang berkepanjangan.
Direktur Utama Bank Jago, Kharim Siregar menerangkan bahwa pencapaian ini ditopang oleh pertumbuhan kredit yang solid serta efisiensi biaya dengan tetap menjaga rasio kredit bermasalah (non-performing loan) yang rendah.
Menurut Kharim, pencapaian laba pada 2021 ini merupakan permulaan dari bisnis Bank Jago.
Berdasarkan catatan Bisnis, Bank Jago setidaknya sudah merugi sejak 2015. Pada 2020, Bank Jago menutup tahun dengan kerugian sebesar Rp190 miliar lebih rendah dari yang diperkirakan perseroan semula.
Adapun, kerugian mereka disebabkan oleh biaya operasional yang meningkat akibat investasi teknologi.
Bank Jago juga mencatatkan perolehan laba bersih sebelum pajak sebesar Rp9 miliar pada 2021. Perolehan ini didorong oleh pertumbuhan kredit yang agresif, rasio NPL di level rendah, serta struktur biaya dana yang membaik.
Lebih lanjut, penyaluran kredit Bank Jago mencapai Rp5,37 triliun pada 2021, atau meningkat 491 persen dari akhir 2020 sebesar Rp908 miliar.
Namun, Kharim juga meyakini hal ini didorong oleh model bisnis yang tepat dan kolaborasi dengan ekosistem digital membuat penyaluran kredit lebih signifikan.
Kolaborasi membuat ekspansi bisa dilakukan secara cepat, efisien, dan pengelolaan risiko yang lebih terkendali.