Sewaktu kamu memilih untuk masuk ke dunia investasi saham, kamu harus memahami istilah ARA dan ARB dalam saham yang kerap digunakan dalam investasi saham. Meskipun banyak orang asing dalam kata tersebut, istilah ARA dan ARB sendiri merupakan elemen yang penting dalam investasi saham.
Bagi mereka yang telah berpengalaman di dunia saham, istilah ARA dan ARB sering disembunyikan saat berbicara terkait harga saham.
Seperti misalnya, saham sedang menuju ARA atau saham sedang berada di posisi ARB. Jadi sebenarnya apa sih isitilah ARA dan ARB dalam saham?
Secara umum, ARA dan ARB merupakan istilah untuk mengungkapkan harga saham yang naik atau harga saham yang turun. Keduanya sebagai sebutan untuk situasi saham yang menyentuh angka tertinggi atau terendah dalam penjualannya.
Untuk mendalami lebih lanjut mengenai ARA dan ARB, kamu dapat membaca penjelasannya berikut ini.
Pengertian Istilah ARA dan ARB Secara Umum
Istilah ARA dan ARB dalam saham atau pada umumnya disingkat dengan ARA dan ARB. Yang diartikan dengan batas atas dan batas bawah, batas ini berkaitan dengan harga saham yang berlaku. Gampangnya, sebuah saham mempunyai batasan harga naik dan batasan harga turun.
Sebagai contoh, saham AAAA ditutup dengan harga Rp 1.500 pada 20 Juni 2021. Besok harinya, saham bisa meningkat lebih signifikan karena permintaan yang masuk melalui bursa saham.
Kalau saham AAAA memilik range harga acuan di Rp. 200 – Rp. 5.000, maka sama sesuai aturan BEI, ARA saham AAAA sebesar 25%.
Artinya, saat kenaikannya telah mencapai harga 25%, penawaran saham AAAA ditutup dan semua yang melakukan penawaran ditolak.
Begitupun dengan ARB. Sebagai contoh, saham AAAA mengalami penurunan yang signifikan, maka batasan bawahnya hanya sampai 7%.
Diterapkannya ARA dan ARB sebuah bentuk terlibat pemerintah dalam menentukan harga saham yang berjalan di pasar.
Harga saham yang terlampau tinggi akan membuat suatu perusahaan kerepotan dalam terima penawaran. Kebalikannya, harga saham yang terlampau rendah bisa membuat perusahaan kesusahan untuk kembali bangkit.
Untuk menghindar peningkatan yang terlampau tinggi dan terlampau rendah, maka ARA dan ARB ditetapkan oleh BEI. Disamping itu, kestabilan harga akan menaikkan kepercayaan investor untuk para perusahaan.
Rumus ARA dan ARB
Untuk ARA, kisaran harga Rp 20 – Rp 200 sebesar 35%. Kisaran harga lebih dari Rp 200 – Rp 5.000 sejumlah 25%. Adapun, kisaran harga lebih dari Rp 5.000 memilik ARA sejumlah 20%.
Untuk ARB, kisaran harga Rp 50 – Rp 200 sejumlah 7% atau Rp 50. Kisaran harga lebih dari Rp 200 – Rp 5.000 sebesar kurang dari 7%. Adapun, kisaran harga lebih dari Rp 5.000 mempunyai ARB sebesar kurang dari 7% juga.
Berikut ini table rumus menentukan nilai ARA dan ARB yang telah di tentukan oleh BEI :
Harga Saham (Rp) |
Auto Reject Atas (ARA) |
Auto Reject Bawah (ARB) |
50 – 200 |
>35% |
<Rp50 / <7% |
>200 – 5.000 |
>25% |
<7% |
>5.000 |
>20% |
<7% |
Manfaat ARA dan ARB
Dengan adanya ARA dan ARB membuat fluktuasi pergerakan harga suatu emitmen dalam satu hari bisa terkendali. Seorang trader bisa memperhitungkan timing yang pas untuk lakukan buy atau sell suatu saham dengan mempunyai jaminan tidak turun pada harga yang terlampau ekstream karena ada ARB dan tidak naik melewati batasan ARA yang sudah ditetapkan.
Saham di bursa yang sering mengalami ARA atau ARB lebih cocok kalau dimainkan trader yang sudah berpengalaman. Terutama lagi untuk trader yang seringkali hadapi turun naiknya harga saham dengan cepat. Saham dengan ARA atau ARB seharusnya dihindari oleh mereka yang baru belajar melakukan investasi saham.
Naik dan menurunnya harga saham secara mencolok dalam sehari yang terjadi di bursa bisa karena beberapa hal. Bisa jadi saham itu memang tidak cukup likuid yang mengakibatkan harga naik turun tidak terkendali. Atau Karena disebabkan oleh hal lainnya seperti timbulnya isu yang dimanfaatkan bandar supaya saham itu bergerak. Oleh sebab itu, para investor saham harus memahami dahulu risiko saham yang mengalami ARA atau ARB saat sebelum memutuskan untuk order.
ARA dan ARB bisa kita jadikan sebagai target TP dan SL kita dalam melakukan transaksi saham.
Lalu bagaimana untuk para investor pemula dengan kejadian saham yang mengalami ARA atau ARB?
Balik lagi pada tujuan utama melakukan investasi saham yang sebenarnya merupakan investasi jangka panjang.
Dampak ARA dan ARB dalam Saham
- Menunjukkan Trend yang Sedang Jalan
- Saat melihat ARA dan ARB, kamu bisa memastikan trend yang berjalan di warga. Umumnya, saat perusahaan yang barusan IPO alami ARA, karena itu perkiraan saham itu positif.
- Tapi kalau suatu saham memperlihatkan ARB, maka kondisi penjualan saham itu bisa jadi sedang mempunyai masalah.
Tips dalam Menghadapi ARA dan ARB
Lihat kemungkinan saham termasuk ke ARA atau ARB. Kalau memang perusahaan sedang melakukan aksi korporasi besar seperti akuisisi atau merger, maka kemungkinan saham perusahaan akan menyentuh ARA. Begitu juga kebalikannya dengan ARB.
Hindari ikutan membeli saham. Sekali pun jangan sampai membeli saham karena saran orang lain. Pelajari dan analisa sendiri saham yang kamu ingin membeli. Boleh saja kamu ikuti saran tersebut, tapi kamu harus analisa lagi, apakah benar yang disarankan orang itu, kalau memang benar dan sesaui dengan analisa kamu, kamu boleh untuk ikuti saran dia.
Saham memang banyak kejutan. Untuk sebagian orang, masuk ke dunia investasi saham merupakan tantangan. Ada juga yang merasa kalau saham adalah sumber keuntungan yang penuh kepastian.
Ciri-Ciri Saham ARA
Saham yang naik signifikan sampai menyentuh batasan atas yang ditetapkan BEI akan mengalami Auto Rejection Atas (ARA). Ciri-ciri saham yang terkena ARA adalah tidak ada lagi order di antrian jual (offer). Misalnya, saham XXYY ditutup di harga Rp. 3.500 kemarin. Batas auto rejection di harga saham ini sebesar 25%. Kenaikan harga saham XXYY di hari ini maksimal sebesar Rp. 3.500 + (Rp. 3.500 x 25%) = Rp. 3.875. Kalau saham XXYY sudah melebihi harga Rp. 3.875 maka saham XXYY akan terkena ARA.
Ciri-Ciri Saham ARB
Auto rejection Bawah (ARB) terjadi ketika harga saham turun dengan signifikan. Ciri-ciri saham yang terkena ARB adalah tidak ada lagi order di antrean membeli (bid). Misalnya, saham XXYY ditutup di harga Rp. 5.000 kemarin. Batas auto rejection yang berlaku semenjak pandemi ialah sebesar 7%. Penurunan harga saham XXYY maksimal ialah Rp. 5.000 – (Rp. 5.000 x 7%) = Rp. 4.650. Kalau saham XXYY sudah capai batas bawah di harga Rp. 4.650, maka saham XXYY akan terkena ARB.
Apa yang terjadi bila saham ARA dan ARB?
Kalau saham ARA, artinya pergerakan harga saham itu sudah capai batas maksimal kenaikan dalam sehari. Sedang kalau saham ARB, artinya pergerakan saham itu sudah capai batas maksimal penurunan dalam sehari.
Keuntungan dan Kerugian dari Adanya Auto Rejection
Hadirnya sistem auto rejection pada aktivitas investasi saham pastilah memberikan imbas yang berbeda. Imbas ini mempengaruhi keuntungan dan kerugian yang dibuat dari adanya ARA dan ARB. Berikut keterangan tentang keuntungan dan kerugian yang didapat karena ada prosedur ARA dan ARB.
Keuntungan Auto Rejection Atas
Saat harga saham seketika menurun karena ada krisis atau praktik kesengajaan, maka ARB yang otomatis meredam transaksi pada saham membuat peluang buat kamu pakai untuk mengevaluasi ulang kondisi saham. Kamu tidak wajib melakukan aktivitas saham secara buru-buru. Pastikan kebenaran rumor atau info yang sedang beredar untuk mendapatkan keuntungan sesuai target profit kamu.
Sama seperti dengan sistem ARA yang berlangsung, kamu tak perlu diribetkan untuk meraih keuntungan dari harga saham yang belum pasti kebenarannya. Silahkan coba di lain kesempatan dan mengamati keadaan pasar yang sebenarnya.
Kerugian Auto Rejection Atas
Sistem ARA dan ARB tentu saja memberikan imbas bagi trader saham yang memutuskan jangka pendek lantaran sistem cut loss dan target profit harus sesuai dengan ketentuan persentase. Jauhi penargetan melampaui 20% dalam satu hari untuk menghindari sistem ARA yang berlangsung. Ditambah taktik cut loss akan berlaku kalau angka melewati batas ARB. Kalau kamu telat mengeksekusi saat menurunnya harga secara drastis, bukan mustahil kerugian besar yang bakal dirasakan.
Belajar Menganalisa Sendiri
Mau nyemplung investasi saham dan bisa dapat cuan, kuncinya ya harus belajar. Belajar analisa fundamental maupun teknikal sendiri.
Jangan latah, ikut-ikutan beli saham yang dipegang orang lain. Belum tentu analisisnya benar. Banyak cara untuk belajar investasi saham, bisa dari buku, internet, ikut komunitas, atau ikut sekolah pasar modal.
Yuk, jadi investor saham yang cerdas. Gak perlu FOMO, dan percaya pada kemampuan diri sendiri. Selamat mencoba dan salam cuan.